“No man is an island, entire of itself; every man is a piece of the continent. ” -John Donne

Di industri musik, ada satu nama yang mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar. The Beatles, sebuah band asal Inggris yang berkarya dari tahun 1960 – 1970, saat ini masih dikenal sebagai “raksasa” industri musik. Dalam list The 50 Best-Selling Music Artists of All Time oleh Business Insider pada tahun 2020, The Beatles menduduki peringkat pertama musisi yang memiliki total penjualan album certified menurut Recording Industry Association of America (RIAA).

Penelitian Clydesdale (2006) menyatakan bahwa The Beatles menjadi salah satu model kolaborasi terbaik dalam proses kreatif. Jika dilihat secara menyeluruh, kesuksesan dari The Beatles terdapat pada perpaduan keahlian dan keunikan personil yang saling melengkapi satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian kreativitas ternyata tidak terpusat pada individu, melainkan secara kolektif dari setiap individu yang terlibat (Sonnenburg, 2004). Inilah yang dikenal dengan collaborative creativity.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya ada banyak sekali contoh kolaborasi pada proses kreatif yang kita rasakan. Mulai dari kemudahan berkomunikasi jarak jauh, sistem berbelanja cashless dan sistem berbelanja online, kemudahan dalam mobilisasi, bahkan kemudahan memeroleh informasi ketika Anda membaca tulisan ini pun merupakan hasil kolaborasi dari individu-individu dengan keunikan dan keahlian berbeda yang ingin mencapai tujuan yang sama.

Lantas, bagaimana proses collaborative creativity dapat diwujudkan oleh setiap individu?

error: Content is protected !!